Pilkada (Bukan) Sekadar Ajang Bersolek

- Jurnalis

Minggu, 23 Juni 2024 - 17:04 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Trilogis.id (Opini) – Sudah saatnya kita belajar dari kesalahan pemilihan-pemilihan (pilkada) sebelumnya. Terkadang kita banyak salahnya dalam mengambil keputusan namun sangat jarang menyesalinyapadahal hasilnya buruk. Kalau anda kelahiran Boalemo, pasti familiar dengan kabar paling baru akhir-akhir ini, yaitu penetapan tersangka seorang bekas Bupati Boalemo atas dugaan kasus korupsi proyek Jalan Usaha Tani (JUT) 2019. Kasus ini merupakan salah satu contoh buruk hasil pilkada kita.

Kasus tersebut harusnya menjadi pembelajaran penting bagi pemilih di wilayah Boalemo. Memilih dengan pertimbangkan rasional tanpa tergiur dengan politik uang merupakan kunci sukses pilkada yang sehat. Pilkada yang sehat merupakan kunci mendapatkan calon pemimpin yang mendingan dari pemimpin sebelumnya. sehingga setelah terpilih pemimpin tersebut diharapkan akan menjadi khalifah yang bisa diteladani dan tidak menyisakan skandal apapun ketika ia tak lagi menjabat maupun sementara menjabat.

Cara Sederhana Melihat Kriteria Calon

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk mewujudkan pilkada yang sehat dan untuk mendapatkan pemimpin cocok untuk menjawab segala tantangan di wilayahnya, maka penting pula untuk melihat rekam jejak calon. Rekam jejak wajib dilihat baik pada calon incumbent maupun calon baru.  Saya punya persfektifbisa dibilang rumusbahwa harus ada reformasi total dalam tubuhsebuah institusi, baik eksekutif maupun lembaga legislasi. Dalam bahasa sederhananya, saya tidak akan memilih orang yang sudah pernah memimpin, atau pernah mendudukijabatan anggota legislatif lebih dari dua kali. Sebab individu atau calon yang pernah apalagi menduduki jabatan public lebih dari dua kali akan mengalami kejenuhan dan disorientasi (Gerung, 2024). Tentu hal tersebut lahir dari penilaian penulispada konteks keBoalemo-an. Lebih tepatnya karena penulis adalah masyarakat Boalemo.

Secara garis besar lembaga legislatif boalemo tidak mampu mengimbangi eksekutif kita. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Para anggota legislatif secara konsepsional terbatas. Tidak pernah ada kabar burung yang terdengar bahwa para legislator itu mencoba melahirkan alternatif ditengah kebuntuan masalah-masalah yang ada. Misalnya angka potensial tingginya pengangguran, akibat membengkaknya tenaga honorer, masalah tata kelola birokrasi yang semrawut, dan berbagai isu aktual dan update akhir-akhir ini. Belum lagi ketika bicara isu wajib dan mendasar seperti bagaimana kualitas pendidikan kita, kemudian soal bagaimana siswa-siswi sekolah dasar dan menengah atas (SD dan SMP) mendapatkan akses bacaan lewat buku-buku bacaan yang bekualitas dan perpustakaan yang layak. Hal ini berkenaan dengan pembangunan dan peningkatan budaya literasi pada generasi penerus kita.

Baca Juga :  Sah. Anas Jusuf Lantik Kepala Desa Buti yang baru

Selanjutnya problem ekonomi. Pengelolaan keuangan daerah yang kurang inovatif,  sangat berdampak pada ekonomi kerakyatan. Disisi lain sebaliknya daya ekonomi masyarakat juga mempengaruhi perkembangan ekonomi di daerah. Sayangnya masyarakat kita masih berada dalam kungkungan ketertinggalan dalam hal pendidikan dan ekonomi sehingga ini yang menyebabkan lumpuhnya sendi-sendi kehidupan di boalemo.

Jawaban atas segala permasalahan tersebut bisa dicicil mulai dari sekarang. Kita harus bertekad untuk memilih calon pemimpin yang cocok dan terbaik. Kriteria baik menurut penulis memang agak unik, yaitu bukan incumbent eksekutif dan legislatif. Pertimbangkan penulis, pertama incumbent eksekutif sudah pernah memimpin namun tidak bisa menyelesaikan problem dasar. Justru yang terlihat mencolok hanya pembangunan-pembangunan yang terkonsentrasi pada infrastukur—pun, itu hanya rentang jalan dari Kecamatan Tilamuta sampai Paguyaman. Hal tersebut berlangsung pada periode pemerintahan Rum Pagau-Lahmudin Hambali (PAHAM). Hingga pemerintahan berganti ke periode Darwis Moridu-Anas Jusuf (DAMAI) Boalemo tidak hanya mengalami stagnasi namun juga kemunduran.

Kemudian kenapa bukan incumbent legislatif, karena calon-calon yang akan berlaga pada pilkada november 2024 mendatang orang-orang lama bercokol dengan APBD Daerah namun tidak pernah melahirkan solusi perbaikan pembangunan yang ada di Boalemo. Kesimpulannya, pilihlah yang baru tentu juga dengan mempertimbangkan rekam jejak potensialnya. Karena dengan calon baru yang kompeten-lah kita memiliki semangat baru pula.

By the way, terkait soal orang baru dan lama, penulis teringat dengan anekdot dari Gus Dur ”karena tikus sudah menguasai lumbung, maka lumbung itu harus dibakar”. Kalimat tersebut sarat dengan makna mendalam serta sangat cocok dengan semangat mereformasi pergantian pemerintahan dari orang lama ke orang baru. Seturut dengan hal itu, penulis merasa punya harapan baru (new hope) dengan adanya hasil pemilu legislatif 2024 karena terpilihnya 13 orang anggota legislatif baru dari total 25 kursi di DPRD Boalemo, dan sebagian dari mereka masih muda. Hal tersebut menjadi pembangkit semangat bagi orang-orang yang menginginkan perubahan.

Baca Juga :  Dikpora Boalemo gelar Workshop One school one inovation

Setidaknya hal ini dapat merubah wajah pemerintahan yang terlanjur feodal. Maka dari itu masyarakat pemilih di Boalemo harus melihat kenyataan ini, bahwa sangat penting memunculkan kader muda alternatif pada institusi eksekutif (Bupati) untuk menciptakan sistem birokrasi pemerintahan yang segar dan progresif—bukan pemerintahan saklek, eksklusif dan tua. Bagi penulis, persfektif ini sangat brilian demi menyambut kawan-kawan muda di legislatif agar kedepannya bisa berkolaborasi membangun boalemo yang lebih progresif. Sebab sejumlah orang muda pada legislatif itu merupakan modalitas utama yang lanka terjadi didaerah-daerah, termasuk Boalemo. Apalagi Boalemo sendiri merupakan daerah yang masih kental dengan istilah ”dipo moodelo”.

Jangan sampai pilkada Boalemo 2024 ini hanya akan menjadi ajang konsolidasi elite politik. Apalagi konlidasi elite-nyatidak pernah sekalipun  membahas hal ihwal terkait pembangunan namun lebih kepada orientasi jabatan (power orientation), sehingga jabatan tersebut diperuntukan hanyauntuk hal-hal individualistis serta menguntungkan kelompoktertentu saja.

Jawaban atas segala kemelut ini ialah pemilih yang cerdas. Pemilih cerdas ialah pemilih yang tidak menyerah untuk mengusahakan kebaikan dan kemajuan sistem yang berkeadilan dan demokratis. Berbeda dengan pemilih yang fatalis—menganggap semua hal merupakan ketetapan dan rakyat menerima saja apa sudah yang ada.

Asian Value kita—orang muda—ialah bumi hanguskan feodalisme, ciptakan perubahan progresif, dan lawan KKN (korupsi Kolusi, dan Nepotisme) karena kalau tidak, RUGI DONG!

Penulis, Guslan Batalipu, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik, Universitas Nasional, Jakarta.

Berita Terkait

Ramadhan, THR dan Berkah Komunisme
Apakah Saya Berhak Menerima Zakat? Begini Cara Menentukannya
Optimalisasi Penghimpunan Zakat Melalui UPZ Kecamatan Berbasis AGPAI dan IPARI
Dukungan Penuh untuk Kebijakan Zakat ASN dengan Pendekatan Tegas dan Bijak
Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?
Ketika Zakat Menjadi Pemaksaan: ASN Boalemo Kini Wajib ‘Ikhlas’
Moloopu dan Mopotilolo: Harmoni Tradisi dan Spirit Ramadhan dalam Kepemimpinan Duluo Lo U Limo Lo Pohala’a
Diduga digunakan pada PETI, 3 alat berat ditahan Polres Boalemo. Nasa: Bos-bosnya kemana?

Berita Terkait

Senin, 17 Maret 2025 - 00:34 WITA

Ramadhan, THR dan Berkah Komunisme

Senin, 17 Maret 2025 - 00:17 WITA

Apakah Saya Berhak Menerima Zakat? Begini Cara Menentukannya

Senin, 17 Maret 2025 - 00:14 WITA

Optimalisasi Penghimpunan Zakat Melalui UPZ Kecamatan Berbasis AGPAI dan IPARI

Minggu, 16 Maret 2025 - 06:02 WITA

Dukungan Penuh untuk Kebijakan Zakat ASN dengan Pendekatan Tegas dan Bijak

Sabtu, 15 Maret 2025 - 01:31 WITA

Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?

Berita Terbaru

Advertorial

Ramadhan, THR dan Berkah Komunisme

Senin, 17 Mar 2025 - 00:34 WITA

Daerah

Apakah Saya Berhak Menerima Zakat? Begini Cara Menentukannya

Senin, 17 Mar 2025 - 00:17 WITA

Daerah

Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?

Sabtu, 15 Mar 2025 - 01:31 WITA