Sejarah Batang Raja (Part 1)
Oleh : Dr. Heldy Vanni Alam, S.Pd.,M.Si.
Trilogis.id_(Tajuk) – Batang raja adalah salah satu benda bersejarah di Kabupaten Boalemo. Benda tersebut berbentuk panjang ± 0,50 cm berwarna hitam terbuat dari kayu jati yang sejak 1835 hingga saat ini masih utuh dan belum ada tanda-tanda kerusakan. Bagian kedua ujung batang raja berlapis tembaga dan bertuliskan VOC. Batang raja menjadi sebuah pertanda pengakuan terhadap berdirinya kerajaan di Boalemo. Di tahun tersebut Boalemo masih di bawah kekuasaan kerajaan Limboto yang konon kabarnya dipimpin oleh 6 orang raja secara bergantian saat itu yakni:
1) Raja Mowuhe,
2) Raja Hiisa,
3) Raja Tiyahu,
4) Raja Hinthe,
5) Raja Mayuru, dan
6) Raja Datumula.
Sebelumnya tuan tanah Boalemo merasa gerah dengan keberadaan wilayahnya di bawah genggaman kerajaan Limboto. Sebagian besar tuan tanah mengajukan permohonan kepada raja Limboto untuk memisahkan diri dan mendirikan satu kerajaan sendiri yakni Kerajaan Boalemo. Oleh Kerajaan Limboto hal ini disampaikan kepada kesultanan Ternate dan kemudian diteruskan ke Belanda. Kesultanan Ternate merupakan kesultanan yang mewilayahi Sulawesi sehingga proses pengajuannya harus melalui kesultanan Ternate.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keinginan tuan tanah Boalemo disampaikan oleh Sultan ke Pemerintah Belanda. Alhamdulillah keinginan tersebut dikabulkan oleh pemerintah Belanda dan akhirnya disetujui dan pada tahun 1835 Sultan Ternate memerintahkan raja-raja di kerajaan Limboto untuk ke Maluku dan membawa satu orang tuan tanah Boalemo yang bernama Palowa.
Saat itu Palowa belum raja masih merupakan rakyat pribumi yang memperjuangkan berdirinya kerajaan di Boalemo. Pengakuan kerajaan Boalemo ini ditandai dengan diserahkannya Batang Raja oleh Pemerintah Belanda melalui Kesultanan Ternate yakni Sultan Muhammad Nuruddin yang memerintah saat itu kepada tuan tanah Boalemo yang ikut dengan Raja-Raja di Limboto. Saat itupula Palowa dinobatkan menjadi Raja Boalemo. Di bagian atas batang raja tersebut yang dilapisi logam bertuliskan VOC dan bagian bawahnya ada tulisan Boalemo. Selain batang raja, juga diserahkan buku yang bertuliskan huruf vegon (terjemahannya ada di Keluarga Alm. Prof. Saminan Nur) beserta peta wilayah kerajaan Boalemo.
Penutur: Hj. Sira Utiarahman (Usia 70an thn)