Moloopu dan Mopotilolo: Harmoni Tradisi dan Spirit Ramadhan dalam Kepemimpinan Duluo Lo U Limo Lo Pohala’a

- Jurnalis

Rabu, 5 Maret 2025 - 23:23 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Trilogis.id (Tajuk) – Bulan suci Ramadhan tidak hanya menjadi momentum spiritual bagi umat Islam, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai kepemimpinan yang ideal—penuh ketulusan, amanah, dan keberpihakan pada masyarakat. Prosesi adat Moloopu dan Mopotilolo yang digelar dalam penyambutan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo, Walikota dan Wakil Walikota Gorontalo, Bupati dan Wakil Bupati Gorontalo, Bupati dan Wakil Bupati Boalemo, Bupati dan Wakil Bupati Pohuwato, Bupati dan Wakil Bupati Bone Bolango baru-baru ini seakan selaras dengan makna Ramadhan: kepemimpinan yang dimulai dengan kesucian niat dan restu masyarakat.

Makna Moloopu dan Mopotilolo dalam Perspektif Ramadhan

Adat Moloopu di Rumah Dinas Gubernur, Walikota dan Bupati dan Mopotilolo di setiap kabupaten dan kecamatan bukan sekadar seremoni budaya. Lebih dari itu, keduanya mencerminkan nilai penghormatan, penerimaan, dan restu dari masyarakat untuk pemimpin baru yang akan mengemban amanah besar. Dalam Islam, restu dari umat adalah bagian penting dalam kepemimpinan, sebagaimana Rasulullah SAW selalu mendapat dukungan dari sahabat dan kaum muslimin dalam setiap langkah kepemimpinannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bulan Ramadhan sendiri mengajarkan esensi kepemimpinan sejati—pemimpin yang sabar, penuh empati, dan mampu menahan diri dari sikap egois. Begitu pula dalam prosesi Moloopu dan Mopotilolo, ada pesan mendalam bahwa pemimpin bukanlah penguasa yang datang dengan otoritas semata, melainkan seseorang yang diterima dengan penuh harapan oleh rakyatnya. Walipopo to didi lo baya, tuau lo humaya, u wito u tombuluo, tuoto Tio woluwo.

Kesucian Niat dan Amanah Kepemimpinan

Baca Juga :  Dimotori RM. Klaten, Turnamen Billiard MARWAH Cup 1 resmi dimulai

Dalam konteks Ramadhan, seorang pemimpin harus merefleksikan dirinya apakah ia telah meniatkan kepemimpinannya untuk kesejahteraan masyarakat atau hanya demi ambisi pribadi. Prosesi adat ini menjadi semacam “bai’at budaya” di mana masyarakat menerima pemimpin baru dengan harapan akan kepemimpinan yang adil dan amanah.

Selama bulan suci ini, pemimpin diingatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada rakyat, menumbuhkan empati, serta memastikan kebijakan yang diambil dapat membawa kesejahteraan, terutama bagi mereka yang kurang mampu. Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan kepedulian, dan seorang pemimpin yang baik seharusnya menjadikan spirit Ramadhan sebagai pedoman dalam menjalankan tugasnya. Mo’otola ayua, mo’odelo ayua, mo’odungga ayua, mopotuoto ayua.

Membuka Pintu Silaturahmi di Bulan Ramadhan

Prosesi Mopotilolo yang dilakukan di setiap kabupaten dan kecamatan mencerminkan semangat silaturahmi yang begitu ditekankan dalam Islam, terutama di bulan Ramadhan. Kunjungan pemimpin ke berbagai wilayah untuk disambut oleh masyarakatnya menunjukkan pentingnya komunikasi langsung, mendengarkan aspirasi, dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan rakyat.

Baca Juga :  Mahasiswa “Gagap Teknologi” Kritik Ujian di IAIN Sultan Amai Gorontalo

Di bulan yang penuh berkah ini, pemimpin diharapkan tidak hanya sekadar hadir secara fisik, tetapi juga secara hati dan kepedulian. Pemimpin yang benar-benar memahami esensi Ramadhan tidak akan membiarkan rakyatnya kesulitan tanpa solusi, melainkan akan berusaha memastikan kesejahteraan dan keadilan merata bagi semua. Agama to talu, lipu pe’ihulalu, batanga pomaya, harata potombulu, nyawa podungalu.

Kesimpulan: Membangun Gorontalo dengan Spirit Ramadhan

Prosesi adat Moloopu dan Mopotilolo yang berlangsung di tengah datangnya bulan Ramadhan adalah pengingat bahwa kepemimpinan bukan hanya soal kekuasaan, tetapi juga tentang amanah dan tanggung jawab kepada masyarakat. Tradisi ini selaras dengan nilai-nilai Islam yang menekankan keikhlasan, kebersamaan, dan tanggung jawab sosial.

Semoga dengan prosesi adat ini, Gubernur dan Wakil Gubernur, Walikota dan Wakil Walikota, dan Bupati dan Wakil Bupati dapat mengemban amanah dengan penuh kejujuran dan ketulusan, sebagaimana spirit Ramadhan yang mengajarkan tentang kesabaran, kasih sayang, dan keadilan. Sebab, pemimpin yang baik adalah mereka yang dicintai rakyatnya bukan karena jabatan, tetapi karena kepeduliannya yang tulus.

Penulis: Mansur Martam Lc., M.Sy.|Penyuluh Agama Islam Kantor Kementerian Agama Boalemo.

Cat: Segala bentuk yang ditimbulkan dari tulisan ini, menjadi tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkait

Dukungan Penuh untuk Kebijakan Zakat ASN dengan Pendekatan Tegas dan Bijak
Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?
Ketika Zakat Menjadi Pemaksaan: ASN Boalemo Kini Wajib ‘Ikhlas’
Diduga digunakan pada PETI, 3 alat berat ditahan Polres Boalemo. Nasa: Bos-bosnya kemana?
Rutinitas tahunannya Haji Darem dan Keluarga saat jelang Ramadhan
Harapan 100 hari kerja: Menanti “Quick Win” atas Sejumlah Pekerjaan Rumah PAHAM usai dilantik
127 TPK Dikes Boalemo jalani SPK
Sempat dirawat di Rumah Sakit, Istri yang di Tikam Suaminya, Meninggal Dunia

Berita Terkait

Minggu, 16 Maret 2025 - 06:02 WITA

Dukungan Penuh untuk Kebijakan Zakat ASN dengan Pendekatan Tegas dan Bijak

Sabtu, 15 Maret 2025 - 01:31 WITA

Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?

Jumat, 14 Maret 2025 - 22:44 WITA

Ketika Zakat Menjadi Pemaksaan: ASN Boalemo Kini Wajib ‘Ikhlas’

Rabu, 5 Maret 2025 - 23:23 WITA

Moloopu dan Mopotilolo: Harmoni Tradisi dan Spirit Ramadhan dalam Kepemimpinan Duluo Lo U Limo Lo Pohala’a

Jumat, 21 Februari 2025 - 18:46 WITA

Diduga digunakan pada PETI, 3 alat berat ditahan Polres Boalemo. Nasa: Bos-bosnya kemana?

Berita Terbaru

Daerah

Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?

Sabtu, 15 Mar 2025 - 01:31 WITA