Trilogis.id (Tajuk) – Ramadhan sebentar lagi pergi, ia akan datang kembali, itu pasti. Tapi kita? Belum tentu akan bertemu lagi dengannya. Mungkin sebentar, besok, minggu depan, kita tak tau, yang pasti kita akan terkubur mati.
Coba perhatikan, kawan. Sepertinya sudah jadi sebuah kewajiban disepuluh hari terakhir Ramadhan. Ketika malam-malam di jalanan semakin disemarakkan. Mall-mall ramai dengan diskon besar-besaran. Kembang api dan bunyi petasan pun tak ketinggalan untuk turut mengambil bagian.
Lalu lihat, di ujung sana masjid-masjid kian sepi dengan shafnya yang semakin maju ke depan. Hanya ada bapak tua sebagai Imam dan merangkap jadi tukang adzan. Beruntungnya, masih ada anak-anak kecil yang bersedia menjadi makmum untuk menemaninya. Anak-anak kecil ingusan yang tidak pusing dengan apa itu THR yang akhir-akhir seakan panas diperbincangkan..
Mengapa demikian? Sepertinya THR di bulan Ramadhan selalu menjelma laksana ‘malam lailatul qadr’ yang ditunggu kedatangannya. Ia menjadi sesuatu yang hangat diperbincangkan dan wajib untuk diperjuangkan. Tidak di sosial media atau di tempat-tempat umum, ia selalu ramai dalam percakapan. Jika tak dapat, seakan Ramadhan kali ini sama halnya dengan bulan-bulan lainnya.
Jadi, karena saya ingin belajar untuk adil dalam sejarah yaa gaess yaa. Maka saya mengamini akan benarnya apa kata Pram tentang mereka yang terpelajar. Kata Pram “seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan”. Nah, dalam sejarah; THR pertama kali diperjuangkan oleh SOBSI, salah satu ormas Partai Komunis Indonesia. Sekarang, banyak dari kita ramai-ramai menolak PKI, tapi matian-matian memperjuangkan THR –FYI saya gak masuk yang memperjuangkan, yeess, kalau ada yaa gass–. 🤪🤪
So..? Apakah saya sebagai seorang muslim yang hidup di Indonesia harus berterima kasih kepada SOBSI sebagai pejuang awal dalam memperjuangkan THR agar masuk dalam undang-undang yang notabenenya adalah ormas PKI..??
Yaa..!!
Saya harus mengucapkan; Terima kasih PKI, karenamu banyak orang muslim yang bahagia dengan datangnya THR. Mungkin saja, ini jadi bagian kolaborasi berkah antara Ramadhan dan Komunisme.
Tapi ingat, yang udah dapat THR, tetap jangan dilupakan yaaa, kalau Zakat, Shadaqah, dan Infaq, itu YES. Terakhir, saya siap kok dapat THR, apalagi jika THRnya itu Tambatan Hati dan perasaanmu.
Penulis: Mohammad Ilham Ofiandi | Aktivis dan Pemerhati Sosial Gorontalo.
Cat: segala bentuk yang ditimbulkan oleh tulisan ini, menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh penulis.