ATAS DASAR CINTA KITA SEMUA SAMA. KECUALI, YANG SUKA ‘BAKASE’ BID’AH

- Jurnalis

Minggu, 1 November 2020 - 04:55 WITA

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penulis, Man Muhammad. (ist)

Penulis, Man Muhammad. (ist)

Trilogis.id_(Tajuk)
Oleh : Man Muhammad.

Cerita ini begitu populer. Di mana pada tahun 1955, Presiden Soekarno datang mengunjungi kota Madinah Al-Munawwarah, tempat Rasulullah SAW disemayamkan. Menurut Habib Husein –yang menuturkan kisah ini, sekaligus pengarang lagu 17 Agustus 1945, dan yang mendamping Bung Karno dalam perjalanan tersebut— bahwa selama di Kota Suci Bung Karno didampingi langsung oleh Saud bin Abdul Aziz, Raja Saudi saat itu.

Ketika rombongan Bung Karno telah tiba di Madinah, tiba-tiba Bung Karno bertanya kepada Raja Saudi, “Di mana makamnya Rasulullah, wahai Raja?” Raja Saud bin Abdul Aziz menjawab, “Itu makam Rasulullah, sudah terlihat dari sini” sambil menunjuk ke arah makam Rasulullah SAW yang jaraknya masih sekitar 150 meter dari tempat mereka berdiri. Tanpa berkomentar apa-apa, Bung Karno segera melepaskan segala atribut-atribut kenegaraan yang menempel di pakaiannya. Melihat pemandangan tersebut Raja Saud dibuat ternganga, dengan penuh keheranan dia bertanya balik kepada Bung Karno, “kenapa Anda melepaskan semua itu?” dengan tegas Bung Karno menjawab, “yang ada di sana itu Rasulullah SAW. Pangkatnya jauh lebih tinggi dari kita. Aku dan dirimu!” Dan tanpa basa-basi lagi Bung Karno kemudian berjalan merangkak menuju makam Baginda Nabi SAW.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Belum berhenti sampai di situ, kisah ini kemudian dikuatkan oleh Mangil Martowidjojo –komandan Polisi yang menjadi pengawal pribadi Presiden saat itu— dalam bukunya ‘Kesaksian tentang Bung Karno 1945-1967’ mengatakan, “ketika berziarah, Bung Karno berdoa di samping makam Nabi Muhammad SAW. Terlihat jelas bagaimana saat itu Bung Karno berdoa sambil menangis seperti anak kecil menangis, keras dan lama.”

Ya, itulah Bung Karno. Presiden pertama Republik Indonesia yang  tidak hanya dikagumi di dalam negeri saja, namun merupakan sosok yang juga sangat dikenal di berbagai belahan negeri. Begitulah Bung Karno. Yang meyakini pangkat, jabatan, dan kemampuan yang dimilikinya sangat jauh berbeda dan tidak bisa dibandingkan sama sekali dengan apa yang sudah dilakukan oleh Rasulullah SAW sebagai pembawa Islam risalah dari Tuhan.

Bung Karno telah memberikan contoh dengan sikapnya saat ziarah ke makam Rasulullah Saw. Sikap penghormatan sejati dari seorang pemimpin negeri. Sikap kecintaan yang oleh seorang Bapak Bangsa kepada Sang Mustafa, Muhammad Rasulullah Saw.

****

Kemarin, sebagian besar dari kita baru saja dengan penuh kegembiraan merayakan hari kelahiran Rasulullah Saw. Kemarin, di seantero masjid-masjid yang ada di Gorontalo, di Indonesia, bahkan di segala penjuru dunia, mendendangkan puja-pujian kesyukuran kepada Sang Utusan yang membawa rahmat kepada seluruh alam. Semuanya, semua kita dengan penuh suka cita merayakan. Lantunan shalawat dan salam pun menggema mengangkasa penuh cinta.

Baca Juga :  MENGINGAT LUPA, MENJEMPUT DUKA, MUHARRAM TELAH TIBA

Satu hal yang sudah pasti di dalam diri setiap muslim, bahwa tidak ada lagi keraguan alangkah betapa agungnya kecintaan Nabi Muhammad SAW, terhadap kita ummatnya. Tentu tak akan luput dari ingatan kita, bagaimana saat beliau menahan pedihnya rasa sakit sakaratul maut dipenghujung hayatnya. Bukan mana anak-anakku, bukan mana istriku, bukan mana keluargaku yang terucap,tapi yang keluar dari lisan mulia itu adalah “ummati ummati” (ummatku ummatku). Sebuah kata yang terlahir dari perasaan dan ketulusan hati seorang makhluk paling mulia, jadi semacam persembahan cinta yang hingga detik ini tak ada yang bisa menyamai apalagi melampauinya.

Jika kita melihat kembali kisah perjuangan Rasulullah dalam mendakwahkan risalah Tuhan, sudah pasti banyak kepiluan yang kita temukan dalam perjuangan tersebut. Sosok Rasulullah SAW hadir tidak hanya bermodalkan keberanian, tetapi juga akhlak sempurna yang berbungkus cinta yang tak dapat digambarkan. Selain gigih serta sabar dalam dakwahnya, beliau juga selalu mengedepankan sikap yang arif nan bijaksana mengajak orang-orang ke jalan Tuhannya.

Meski  diperlakukan kasar oleh bangsanya sendiri karena dianggap berbeda. Meski berdarah-darah dilempari batu oleh penduduk Thaif yang juga masih merupakan sanak saudara. Yang membuat Malaikat Jibril murka dan menawarkan menimpakan gunung batu kepada penduduk Thaif yang durhaka. Tetapi apa?Tawaran itu ditolak. Dengan mengangkat tangan sembari terdengar alunan doa yang menggetarkan dari lubuk hati Nabi Muhammad SAW, “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya, mereka tidak mengetahui.”

Teringat juga bagaimana Nabi yang tidak bisa memejamkan mata menjelang terjadinya pertempuran di Badar. Di mana 313 orang pasukan yang dipimpin olehnya akan berhadapan dengan 1000 orang dari pasukan musuh. Saat semuanya terlelap dalam tidurnya karena kelelahan, hanya Rasulullah yang masih tetap terjaga. Di bawah sebatang pohon, beliau Saw, terus melakukan shalat dan berdoa sambil menangis hingga menjelang pagi. Dalam doanya, dalam tangisnya, hanya satu yang dipinta, jagalah ummatnya.

Jika ini bukan karena akhlak yang mulia dan ketulusan cinta Nabi, lalu apa?

Entah kita menyadarinya atau tidak, bahwa tidak ada satu pun yang bisa memikul beratnya beban perjuangan dan dahsyatnya pengorbanan dalam mengemban risalah Tuhan, selain Muhammad SAW. Yang dengan kemulian akhlaknya, ia persembahkan ketulusan cinta untuk ummatnya. Beliau tebarkan bahasa cinta ke segenap penjuru alam raya. Ditaburkannya kasih sayang kepada siapa saja. Pantaslah jika Allah SWT, memuji Nabi SAW, dalam firman-Nya; “Dan tidaklah Kami mengutusmu Muhammad, kecuali sebagai rahmat untuk semesta alam.”

Baca Juga :  Mahasiswa “Gagap Teknologi” Kritik Ujian di IAIN Sultan Amai Gorontalo

****

Kini, setelah 1500 tahun lebih berlalu, di bulan mulia, bulan lahirnya manusia paling mulia, bulan yang malam-malamnya kita isi dengan mengirimkan shalawat penuh suka cita dan  bahagia. Ujian cinta Nabi kembali diujikan kepada kita umatnya yang mengaku mencintainya.

Di bulan ini, di tengah kegembiraan kita merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, kita pula diuji dengan bagaimana menyikapi penghinaan atas Nabi oleh Presiden Prancis. Di saat semua umat muslim memuja Nabi SAW, tapi Macron kemudian mempersilahkan menghina Nabi Saw atas nama kebebasan berekspresi. Padahal, kebebasan seseorang itu dibatasi oleh kebebasan orang lain. Juga, kebebasan dan toleransi tidak berlaku dengan merendahkan dan menghina keyakinan orang lain. Sebab, siapa pun dan apa pun yang menghina keyakinan dan kepercayaan seseorang, pasti akan berujung keributan, menyulut api permusuhan.

Akibatnya, berbagai reaksi pun mengecam pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Mulai dari boikot semua barang-barang yang berasal dari Prancis hingga memutuskan hubungan diplomatik dengan Prancis. Bahkan tak tanggung-tanggung “atas alasan jihad fi sabilillah” ada sebagian kelompok Islam yang membenarkan aksi-aksi penyerangan dan pembunuhan kelompok lain baik itu sesama muslim atau non muslim.

Reaksi berbeda juga datang dari kaum muslimin yang lainnya. Mereka mengecam pembunuhan atas si penghina yang membuat karikatur Nabi.Penyerangan dan pembunuhan bukan jalan Islam dalam menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut hanya dapat memantik api keributan baru.

Alhasil, bermacam argumen pundihadirkan. Kedua belah pihak pun saling bantah satu sama lain dengan hujjah pembenaran tanpa titik temu kebenaran.

Sayang, kenyataan akhir darihingar-bingar keriuhan momentum Maulid Nabi, kita dibuat tepok jidat oleh sekelompok kecil umat Islam “yang mengatasnamakan sunnah”  dengan terang-terangan menolak, tidak suka, bahkan menentang kegembiraan sebagian besar umat Islam dalam memuliakan hari kelahiran Rasulullah SAW. Yang bergembira dengan cara merayakan, dicap sebagai pelaku bid’ah, tidak mencontohi kehidupan Nabi SAW, tidak sesuai Alquran dan Hadis, bahkan diklaim sebagai penghuni neraka karena mengada-ngada. Surga pun dipetakan hanya jadi milik kelompok mereka saja.

Keributan punterjadi.

Api permusuhan tersulut.

Di luar ‘kita’, ada yang bersorak “Horeee, umat muslim adu bacot lagi”.

Jika demikian adanya, lalu siapa yang pantas diboikot?

~~~~~

Tilamuta, 1 November 2020
Tulisan ini dipertanggungjawabkan sepenuhnya oleh penulis.

Berita Terkait

Ketika Negara Menghapus Hutang: Harapan Baru untuk Petani dan Nelayan
Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?
Moloopu dan Mopotilolo: Harmoni Tradisi dan Spirit Ramadhan dalam Kepemimpinan Duluo Lo U Limo Lo Pohala’a
Harapan 100 hari kerja: Menanti “Quick Win” atas Sejumlah Pekerjaan Rumah PAHAM usai dilantik
Jika Rum Pagau tersandung kasus hingga jadi tersangka, Maka…??
Setelah Satu Dekade, Kembalinya Adhan Dambea dan Politik Populisme
Mengurai Potensi Konflik Komunal Pasca Demokrasi: Studi Kasus di Indonesia
Tahukah anda, Dana Pemilu Kabupaten Boalemo Capai 32 M ?

Berita Terkait

Rabu, 7 Mei 2025 - 12:10 WITA

Ketika Negara Menghapus Hutang: Harapan Baru untuk Petani dan Nelayan

Sabtu, 15 Maret 2025 - 01:31 WITA

Dilema ASN: Zakat atau Gaji yang Ditahan?

Rabu, 5 Maret 2025 - 23:23 WITA

Moloopu dan Mopotilolo: Harmoni Tradisi dan Spirit Ramadhan dalam Kepemimpinan Duluo Lo U Limo Lo Pohala’a

Jumat, 21 Februari 2025 - 13:20 WITA

Harapan 100 hari kerja: Menanti “Quick Win” atas Sejumlah Pekerjaan Rumah PAHAM usai dilantik

Selasa, 14 Januari 2025 - 16:12 WITA

Jika Rum Pagau tersandung kasus hingga jadi tersangka, Maka…??

Berita Terbaru

Advertorial

Boalemo Kembali Raih WTP, Bupati Rum Pagau Hadiri Penyerahan LHP BPK

Selasa, 20 Mei 2025 - 00:18 WITA

Advertorial

Pemda Boalemo gelar UKOM Pimpinan OPD

Jumat, 16 Mei 2025 - 22:12 WITA